Final Liga Europa – Demi Ukir Sejarah, Bayer Leverkusen Cukup Jadi Diri Sendiri

Lintasindonesai.co.id – Demi mengukir sejarah, Bayer Leverkusen hanya cukup menjadi diri sendiri saat melakoni final Liga Europa 2023-2024.

Hal itu disampaikan Xabi Alonso pada sesi wawancara pra-laga final Liga Europa kontra Atalanta.

Xabi Alonso menegaskan tekadnya membawa Bayer Leverkusen untuk menorehkan sejarah manis lainnya untuk klub.

Gelar Liga Europa menjadi trofi kedua dari ketiga gelar mayor yang dibidik oleh Bayer Leverkusen.

Sebelumnya Die Werkself sudah mengamankan Bundesliga.

Trofi perisai Liga Jerman mampu diamankan dengan catatan mengagumkan.

Mereka berhasil invincible sepanjang 38 pertandingan.

Kini, kesempatan besar untuk memperpanjang rekor tak terkalahkan dengan memenangi trofi lainnya ada di depan mata.

Sejarah fenomenal lainnya tengah menanti Leverkusen saat mereka dalam kondisi on fire melalui 51 laga tak terkalahkan sepanjang musim.

Hal itu terjadi saat mereka menjalani duel melawan Atalanta di Stadion Aviva, Dublin, Rabu (22/5/2024) atau Kamis pukul 02.00 WIB di partai puncak Liga Europa.

Tanpa merendahkan Atalanta, Alonso meyakini laga final nanti bakal berjalan intens.

Namun, juru taktik asal Spanyol itu percaya pada kemampuan anak asuhnya mengingat perjalanan luar biasanya sampai saat ini.

“Ini akan menjadi sesuatu yang bersejarah,” kata Alonso seperti dikutip BolaSport.com dari laman resmi UEFA.

“Itu akan menjadi sesuatu yang ditulis dengan huruf-huruf emas, tidak hanya dalam sejarah klub kami, tetapi mungkin juga dalam sejarah sepak bola Eropa.”

Bayer Leverkusen resmi mengakhiri kompetisi Bundesliga 2023-2024 dengan status invincible alias tak terkalahkan.

SASCHA SCHUERMANN / AFP

Bayer Leverkusen resmi mengakhiri kompetisi Bundesliga 2023-2024 dengan status invincible alias tak terkalahkan.

“Saya harap kami bisa melakukannya.”

Ini akan menjadi pertandingan yang sangat intens, melawan lawan yang sangat menuntut, dengan ide-ide yang sangat jelas, dengan pelatih yang telah bersama mereka untuk waktu yang lama, para pemain yang telah bersama selama bertahun-tahun dan saling mengenal satu sama lain dengan baik.”

“Kami akan bermain berdasarkan ide-ide kami, permainan kami dan antusiasme kami untuk meraih kemenangan, tetapi juga untuk berkompetisi seperti yang sedang kami lakukan.”

“Kami mengenal Atalanta dengan baik, dan tidak ada rahasia; mereka juga akan mengenal kami dengan baik, dan semoga saja, pertandingan nanti akan berjalan dengan baik.”

“Akan sangat berarti di mana sangat berarti bagi saya untuk memenangkan trofi Eropa.”

“Untuk dapat berbagi dengan orang-orang di klub, dengan para penggemar.”

“Anda tahu apa artinya ketika kami memenangkan Bundesliga.”

“Untuk bisa memenangkan gelar Eropa setelah bertahun-tahun sejak kami memenangkannya [Piala UEFA pada tahun 1988] akan menjadi sesuatu yang bersejarah, dan kami ingin melakukan itu, untuk memiliki musim yang bersejarah,” tutur Alonso menambahkan.

Dari segi pengalaman di Eropa, Bayer Leverkusen sedikit lebih unggul daripada Atalanta.

Leverkusen pernah menjuarai kompetisi kasta kedua Eropa tersebut saat masih bernama Piala UEFA.

Kali terakhir Leverkusen mencicipi gelar bergengsi di kompetisi elite antarklub Eropa terjadi pada musim 1987-1988.

Saat itu mereka berjumpa Espanyol di final yang dimainkan dengan sistem dua leg.

Pada leg pertama, Die Werkself dibantai 0-3 oleh Espanyol di markas lawan.

Ketika giliran menjadi tuan rumah, Wolfgang Rolff dkk. gantian membabat rival sekota Barcelona itu dengan skor serupa.

Final akhirnya harus ditentukan dengan adu penalti lantaran agregat sama kuat 3-3.

Di babak tos-tosan, Leverkusen berhasil keluar sebagai pemenang usai menyudahi penalti 6-2 kontra Espanyol.

Kini, Florian Wirtz cs berkesempatan untuk mengulangi prestasi pendahulunya itu ketika berhadapan dengan Atalanta di final Liga Europa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *