JAKARTA – Pembalap Prima Pramac Racing, Jorge Martin, tak mau fokusnya terganggu dengan situasi yang melibatkan dirinya sebagai salah satu kandidat untuk mengisi satu kursi tersisa di tim utama Ducati.
Rumor semakin panas mengenai siapa yang akan menjadi rekan setim Francesco Bagnaia di tim Ducati Lenovo untuk MotoGP 2025.
Pilihan tertuju kepada dua pembalap antara Jorge Martin atau Marc Marquez.
Negosiasi dilaporkan telah dilakukan jelang bergulirnya MotoGP Italia 2024 yang berlangsung akhir pekan ini.
Martin dikabarkan akan menjadi pembalap yang terpilih untuk mengenakam seragam merah-merah pada musim depan.
Meskipun Ducati mengumumkan tidak akan ada keputusan akhir pekan ini pada MotoGP Italia 2024.
Kendati demikian, Martin menanggapi situasi tersebut dengan tenang dan lebih memilih fokus ke balapan yang sudah memasuki seri ketujuh di musim ini.
“Saya tenang. Saya tidak tahu, pada akhirnya ada banyak fokus pada akhir pekan ini, pada keputusan ini,” kata Martin dilansir BolaSport.com dari Motosan.
“Tapi saya fokus pada apa yang menjadi milik saya, pada apa yang bisa saya kendalikan, dan itu adalah mengendarai motor.”
“Saya ingin fokus pada akhir pekan ini. Pada hari Senin atau Selasa (tes GP Mugello) akan ada waktu untuk melangkah maju, untuk terus berbicara, dan melihat ke mana arah masa depan saya.”
“Tapi saat ini saya fokus pada hari esok. Ini adalah trek yang sangat penting bagi tim, bagi saya dan Ducati. Jadi penting untuk melakukannya dengan baik,” ujar Martin.
Sikap Martin yang lebih tenang tak lepas dari pengalamannya yang sudah dialami dalam beberapa musim terakhir.
Martin sudah memperebutkan kursi nomor 1 Ducati dengan Enea Bastianini, dan kali ini dengan Marc Marquez.
“Saya bisa menjawab apa yang sudah saya jawab sejak Januari atau Februari. Pertarungan ini sudah berlangsung selama tiga tahun, jadi ini bukan hal yang baru,” ucap Martin.
“Saya fokus pada balapan dan hal itu tidak mempengaruhi saya. Saya hanya menerima bahwa hal itu ada dan mengendarainya dengan tekanan, katakanlah, atau apa pun sebutannya.”
“Tapi itu lebih karena media dan hal-hal di luar, daripada di dalam. Jadi pada akhirnya, ini adalah tentang fokus pada inti Anda, pada orang-orang Anda dan tidak terlalu memikirkan apa yang terjadi di luar,” tutur Martinator.
Meskipun misi utama Martin yakni tetap untuk bisa bergabung ke tim pabrikan Ducati.
“Tim saya akan selalu memberikan yang terbaik dalam hal teknis. Ducati juga mempercayai saya sampai mati,” kata Martin.
“Jika tidak, saya tidak akan memiliki kontrak seperti sekarang. Pada akhirnya, ini adalah masalah motivasi, aspirasi pribadi. Menjadi pembalap pabrikan, merasakan hal itu dan membuktikannya.”
“Saya pikir, setelah empat tahun, ketika saya hanya berada di dua tim, tubuh saya meminta saya untuk berubah. Kita lihat saja apa yang akan terjadi.”
“Namun pada akhirnya, saya pikir sebuah merek ingin menang dengan tim pabrikannya karena sejumlah alasan. Tapi bagi saya, saya ingin membuat perubahan itu,” kata Martin.
Tak dipungkiri, Martin menyadari bahwa banyak pertimbangan yang diambil untuk merekrut seorang pembalap ke tim pabrikan.
Dua tahun lalu, Martin ditikung Enea Bastianini dari Gresini Racing yang akhirnya mendapatkan kontrak bersama Ducati Lenovo.
Situasi serupa yang dialami Martin musim ini di mana ia menghadapi Marquez dari tim Gresini untuk memperebutkan satu tempat di tim resmi.
“Mungkin jika saya tak mengalami hal itu, saya akan mengatakan hal yang berbeda sekarang,” kata Martin.
“Namun pada akhirnya, Anda memahami bahwa Ducati adalah sebuah perusahaan dan mereka memiliki kepentingan yang tidak hanya di tingkat hasil, tetapi juga di luar, dalam hal penjualan atau apa pun.”
“Dan pada akhirnya, pada saat itu, Enea lebih kuat dari saya dan itulah mengapa dia pergi ke sana. Namun saat ini, tidak demikian,” ujarnya